Sabtu, 02 Juni 2012

Wabah Bank Asing di Indonesia


Assalamu'alaikum Warahmatullah.

Bisakah kita membayangkan sebuah penyakit? Baik yang ada didalam ataupun diluar tubuh kita. Pastinya ketika mendengar suatu wabah akan terkait dengan suatu penyakit yang tergolong apakah dia penyakit yang berbahaya ataupun yang tidak berbahaya. Dalam tulisan ini, wabah yang dimaksud ialah banyaknya bank asing yang telah beroperasi di Indonesia. Bukannya lebih banyak income yang masuk kedalam kas negara? Pastinya, kalau dihitung dari segi untung-untungan pasti banyak sekali apalagi ketika suatu bank asing hendak membuka kantor cabang di Indonesia pasti membutuhkan modal yang besar. Dalam segi hitung-hitungan saya sangat setuju kalau pendapatan suatu negara semakin bertambah besar akibat banyaknya bank asing yang beroperasi di Negeri dengan Jutaan Pulau ini. Tapi alangkah sedihnya kita ketika mengetahui bahwa penguasaan bank asing yang telah beroperasi di Indonesia dari zaman orde lama sampai orde baru sekarang sangat berkembang pesat. Tidak percaya juga? Mari kita lihat bersama:

"Dari segi penguasaan aset, bank asing telah menguasai 47,4% aset perbankan per Juni 2011 (Orde Baru). Angka ini meningkat pesat dibandingkan tahun 1999 (Orde Lama) dimana penguasaan aset bank asing hanya mencapai 11,6%. Hal sama juga terjadi pada tingkat penyaluran kredit (45,2%) dan penghimpunan dana pihak ketika atau DPK (45,7%)."

Sumber: Kontan (Edisi 9 – 15 April 2012), Menanti Nyali BI; Ketegasan Bank Sentral Dalam Mengurai Dominasi Asing inanti-Nanti.

Saya ambil sebuah contoh, masih ingatkan anda dengan Bank Ekonomi Rahardja? Kalau lupa atau belum tahu bisa lihat: http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Ekonomi_Raharja
Dalam sejarah berdirinya bank ini, penguasaan sahamnya masih didominasi oleh negara karena bank ini tergolong dalam perseroan terbatas. Tapi alangkah kagetnya saya ketika membaca dari beberapa artikel bahwa sekarang bank ini 95% dikuasai oleh pemegang saham asing yang sudah melihat potensi pasar Indonesia yang sangat menjanjikan. Contoh yang lain, berita yang baru-baru saja terdengar baik di media massa, cetak maupun elektronik bahwa Bank Damanon diakuisisi oleh salah satu pemegang saham terbesar di Asia Tenggara yaitu DBS Group Holdings Ltd. Anda tau yang mengakuisisi Danamon ini berasal dari mana? Tidak jauh, DBS Group Holdings Ltd berasal dari negeri jiran, Singapura. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengakuisisi bank danamon dengan kucuran dana sebesar 66,4 Triliun. Besar? Sangat besar pastinya, dengan mengakuisisi bank danamon tersebut semakin menunjukkan bahwa penguasaan asar asing yang sangat besar di Indonesia. 
Dalam hal ini, sejenak kita berfikir bahwa bukan hanya Perbankan Indonesia yang akan dikuasai oleh pasar asing, tetapi dalam sektor pertambangan dan perminyakan. Padahal Bumi Pertiwi ini memiliki sumber daya alam dan manusia yang sangat besar yang pada akhirnya merasa disia-siakan dan tidak dihargai jerih payahnya selama berada dalam instansi pemerintah. 

Bagaiman perbankan Indonesia pada tahun 2020? Mari kita tunggu bersama, jika pemerintah tidak membatasi dan memberikan pengawasan secara ketat terhadap Bank Asing yang hendak beroperasi di Indonesia. Marilah kita tunggu akan datangnya sistem ekonomi kapitalisme yang meraja lela dan hendak menghancurkan perbankan di Indonesia khususnya perbankan Islam yang tumbuh pesat di Negeri dengan hamparan laut yang luas ini. Mudah-mudahan pemerintah semakin bijak dalam mengambil keputusan untuk membangun perekonomian Indonesia. Saatnya "Say no to Economic Capitalism".


Semoga Allah selalu memberikan kita rahmat dan hidayahnya. Amin

Wassalam.


Best regard


Ary Sugma Pratama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar