Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi
yang berdampak buruk pada Negara dan rakyatnya. Krisis ini terjadi dari awal
tahun 1998. Sejak masa orde baru mulai terlihat kondisi Indonesia terus
mengalami kemerosotan, terutama dalam bidang ekonomi. Tingginya krisis ekonomi
ini disebabkan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak
modal yang dilarikan keluar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
Inflasi Rupiah dan peningkatan besar harga
bahan makanan menimbulkan kekacauan di Negara Indonesia. Pada tahun 1998
Presiden Soeharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup
berjalan baik. Soeharto dipaksa mundur dari jabatannya sebagai Presiden
Republik Indonesia pada pertengahan 1998 setelah sebelumnya terjadi kerusuhan. Hal
ini yang membuat puncak krisis ekonomi moneter yang terjadi pada Negeri dengan
jutaan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini. Mundurnya rezim
Soeharto diperkirakan dapat meredakan krisis moneter, akan tetapi setelah
mundurnya Presiden Soeharto bukan menjadi perkiraan yang baik dalam hal redanya
krisis yang terjadi bahkan tidak berhasil sama sekali.
Pada saat terjadinya krisis moneter tahun
1998 Rupiah masih berada dalam 11000 per Dollar Amerika. Kecenderungan
melemahnya Rupiah semakin menjadi ketika terjadi penembakan mahasiswa Trisakti
pada tanggal 14 Mei 1998. Kurs Rupiah terjun bebas mencapai 17000 per Dollar
Amerika bahkan hal ini dinilai kurs yang paling rendah dalam sejarah Indonesia
ketika mengalami krisis.
Dampak
Krisis Ekonomi Terhadap Perekonomian Indonesia
Krisis moneter memiki dampak yang tidak baik
terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan nilai tukar kurs valuta
asing khususnya Dollar Amerika yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan
pendapatan tetap masyarakat dalam Rupiah. Dengan masalah yang terjadi banyak
perusahaan yang terpaksa memberhentikan pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah
para pekerja. Sehingga menambah angka pengangguran di Indonesia. Pemerintah
kesulitan menutup APBN. Harga barang naik cukup tinggi, yang menyebabkan
masyarakat kesulitan mendapatkan barang-barang kebutuhan pokoknya. Utang luar
negeri dalam Rupiah melonjak, sehingga harga Bahan Bakar Minyak naik.
Kemiskinan juga termasuk dari sekian
banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh krsisis moneter 1998. Pada Oktober 1998
jumlah keluarga miskin di Indonesia diperkirakan sekitar 7,5 juta penduduk. Meningkatnya
jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai mata uang Rupiah
yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penghasilan yang
berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan pengeluaran yang meningkat tajam
karena tingkat inflasi yang tinggi.
Saat krisis moneter terjadi banyak pejabat
yang melakukan korupsi sehingga mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak
perusahaan yang meminjam uang kepada perusahaan Negara asing dengan tingkat
bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar Rupiah juga
memiliki dampak positif. Secara umum impor barang dari luar negeri ke
Indonesia menurun tajam. Sebaliknya arus masuk turis asing akan lebih besar, daya
saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat
sehingga bisa menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis
pertanian. Dampak krisis moneter di Indonesia lebih baik yang negatif dibandingkan
dengan yang positif. Karena krisis ini mengganggu kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, keuangan Islam datang sebagai sebagai solusi untuk mengatasi dampak krisis yang ada di Dunia.